HTML5 adalah Masa Depan Game E-learning – Mengacu kembali pada tahun 90-an, muncul satu sulap dunia komputer, GIF, gambar yang berkedip dan sempat mengejutkan semua orang bagai dirinya berada dalam alam Star Trek. Lewat GIF, suatu website jadi terlihat keren, canggih, avant garde, bisa membuat pemilik web meniru cara berjalan Steve Jobs, karena merasa jenius. Namun itulah konten dinamis satu-satunya yang tersedia pada situs web saat itu. Kemudian Flash muncul di awal tahun 2000-an, membawa video, animasi, dan interaktivitas ke browser apa pun dan komputer apa pun — bahkan jika perlu waktu yang lama untuk memuat konten dengan modem 56K.
Dengan munculnya flash, Orang mulai berpikir di abad pertama milenium inilah kita bisa miliki kapal hyperwarp dan jelajahi angkasa. Ternyata belum. Keseragaman konten memang dimungkinkan oleh Flash Player — perangkat lunak yang bertanggung jawab atas semua pengantar situs web dengan audio yang akan menakuti para pengunjung –yang sebelumnya tidak menaruh curiga dengan volume yang disetel ke ledakan penuh.
Awalnya berjalan dengan baik, tetapi sekarang akhirnya kehancurannya tidak dapat dihindari berkat munculnya tekno pengganti HTML5, yang menyediakan kompatibilitas seluler dan fitur-fitur baru dan lebih keren dan memungkinkan pengembang untuk menanamkan video dan menambahkan interaktivitas. Superlatif masyarakat berhenti di sini, mereka kehabisan bahan untuk memuji teknologi yang cepat,
Meskipun Flash masih ada, tapi industri game e-learning kini merangkul HTML5 sebagai standar baru: Demi Dunia yang lebih Mobile Menurut Stat Counter, 52% konten web saat ini diakses melalui ponsel, dibandingkan pada tiga tahun lalu dengan 25%, dan lima tahun lalu yang hanya 10%. Ini berarti bahwa lebih banyak pengguna yang ingin melihat game e-learning mereka di mainkan lewat ponsel, dan Flash sama sekali tidak ada gunanya dalam penetrasi ponsel.
Sebaliknya, HTML5 berfungsi pada semua sistem operasi seluler dan responsif terhadap semua ukuran dan resolusi layar. Dengan membuat game menggunakan HTML5, pengguna dapat mengakses permainan tersebut melalui desktop, dan ponsel atau tablet.
Manfaat lain adalah caching offline — tambahan yang sama sekali baru untuk teknologi HTML yang memungkinkan webmaster menentukan file mana yang dapat disimpan browser pengunjung untuk dibaca secara offline, sehingga pengguna dapat mengunjungi kembali konten kapan saja.
Jika HTML5 dianggap membunuh Flash, maka elemen kanvas dan SVG adalah senjata mereka. Dulu ada satu hal yang diizinkan Flash untuk pemakainya, untuk dilakukan agar HTML tidak bisa lakukan itu: menggambar. Menambahkan gim mini atau elemen animasi interaktif ke dalam konten pendidikan, yang mana jadi cara yang terbaik meningkatkna keterlibatan murid dalam materi secara interaktif, jadi sebelum HTML5, objek flash adalah satu-satunya cara untuk bisa melakukan jal itu.
Tapi kini, Canvas dan SVG sekarang memungkinkan Anda untuk menggambar elemen 2D / 3D dan menghidupkannya menggunakan HTML dan JavaScript. Ada beberapa contoh yang menunjukkan keunggulan elemen kanvas jika digunakan dengan benar, dan lebih banyak alat yang memungkinkan pembuatan konten semacam itu dengan mudah yang muncul dalam beberapa tahun terakhir. Mudah dibuat, cantik, dan dapat diakses di desktop dan perangkat seluler, kanvas HTML5 benar-benar impian yang menjadi kenyataan bagi setiap pengembang game e-learning. Dunia juga semakin kecil setiap tahunnya, dan teknologi memungkinkan kita untuk menembus hambatan bahasa dan menjangkau lebih banyak orang.